Doa di Ujung Sajadah

Melalui buku ini, kita dibawa masuk ke dalam dunia kata-kata Ibu Welliya. Buku ini tidak sekadar kumpulan cerpen, melainkan sebuah perjalanan batin yang memperlihatkan kekayaan nilai-nilai kehidupan, cinta, dan harapan yang terangkum dalam setiap cerita. Ia mengajak kita untuk merenung, menyelami makna doa yang terpatri di ujung sajadah setiap kisah yang dihadirkan.

Kehadiran buku kumpulan cerpen berjudul “Doa di Ujung Sajadah” merupakan suatu anugerah luar biasa dalam dunia literasi, menghadirkan keindahan dan kekuatan kata-kata yang tulus dari pena Ibu Welliya Seprida Yunita. Sebuah karya yang merentang dari sudut pandang seorang guru di Kabupaten Pesisir Selatan, yang tidak hanya menciptakan kisah-kisah mengharukan, tetapi juga menyentuh relung-relung hati pembacanya.

Melalui buku ini, kita dibawa masuk ke dalam dunia kata-kata Ibu Welliya. Buku ini tidak sekadar kumpulan cerpen, melainkan sebuah perjalanan batin yang memperlihatkan kekayaan nilai-nilai kehidupan, cinta, dan harapan yang terangkum dalam setiap cerita. Ia mengajak kita untuk merenung, menyelami makna doa yang terpatri di ujung sajadah setiap kisah yang dihadirkan.

Dalam “Doa di Ujung Sajadah”, Ibu Welliya Seprida Yunita menghadirkan penceritaan yang memikat melalui tokoh-tokoh utama yang kuat, yang merangkum keberagaman perjalanan hidup. Terdapat sentuhan kehidupan siswi SMA dan mahasiswi, tokoh ibu yang menjadi tulang punggung keluarga, serta nuansa permasalahan cinta yang membentuk sajian utama dalam kumpulan cerpen ini.

Pertama-tama, kisah-kisah yang melibatkan siswi SMA membawa pembaca ke dalam dunia remaja yang penuh gejolak emosi. Dalam cerita seperti “Kisah Kasih di Sekolah” atau “Hijrah Cintaku,” pembaca dapat merasakan getaran cinta dan tantangan yang dihadapi oleh tokoh-tokoh perempuan muda ini.

Perjalanan mereka melibatkan pertemanan, persaingan, dan pencarian identitas diri, yang memberikan dimensi yang mendalam pada setiap cerita. Tokoh-tokoh ibu yang menjadi tulang punggung keluarga memberikan sentuhan kehangatan dan kekuatan dalam kumpulan cerpen ini. “Air Mata Terahir Bunda” mungkin menjadi salah satu cerita yang memotret perjuangan seorang ibu dengan kepekaan dan kegigihan yang memukau. Dalam cerita-cerita semacam ini, pembaca diajak untuk merenung tentang kekuatan perempuan dalam menjalani peran ganda sebagai ibu dan tulang punggung keluarga.

Permasalahan cinta juga menjadi fokus utama dalam kumpulan cerpen ini. Dari pengkhianatan hingga penolakan cinta, Ibu Welliya menggambarkan dinamika hubungan dengan penuh emosi dan kecerdasan. “Rasa yang Tertinggal” atau “Terluka Karenamu” dapat menciptakan simpatisan dan pemahaman yang mendalam terhadap kompleksitas perasaan tokoh utama yang tengah menghadapi cobaan dalam percintaan.

Keunikan yang menarik adalah kecintaan pada ayah, yang menjadi wreadar yang mengikat sejumlah cerita. “Rindu Ayah” menggambarkan ikatan batin yang kuat antara seorang anak perempuan dan sang ayah, menghadirkan aroma kehangatan keluarga dalam kumpulan cerpen yang penuh nuansa.

Secara keseluruhan, “Doa di Ujung Sajadah” adalah persembahan yang memikat dengan keberagaman cerita dan kekayaan emosi. Ibu Welliya Seprida Yunita berhasil menciptakan kumpulan cerpen yang menyentuh hati, merangkul berbagai aspek kehidupan, dan memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung dan menggali makna di setiap cerita yang dihadirkan.

Semoga buku ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi, tetapi juga menjadi teman setia dalam perjalanan hidup. Mari bersama-sama meresapi dan merayakan setiap doa yang terukir di ujung sajadah setiap cerpen. Selamat menikmati perjalanan kata-kata yang mengalir begitu indah dari pena Ibu Welliya Seprida Yunita.

Doa di Ujung Sajadah
Copyright © CV Elfatih Media Insani, 2024
Penulis: Welliya Seprida Yunita
ISBN:
Penyunting: Kuspriyanto
Desain Isi & Penata Letak: Tim Elfatih Media Insani
Desain Sampul: Tim Elfatih Media Insani

Penerbit: CV Elfatih Media Insani (Anggota IKAPI)
Bekerja Sama dengan Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan

Cetakan Pertama, Mei 2024
xviii, 112 hlm; 12.7 x 20 cm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *