Kata doa cinta : merangkai asa untuk orang tua, keluarga, dan sahabat seperjuangan

Pengalaman pertama penulis menjadi buruh migran terekam dalam sembilan tulisan. Betapa payahnya menjalani pelatihan di balai latihan kerja, magang sebelum berangkat ke negara tujuan, dan pengalaman yang tidak menyenangkan plus menguras kesabaran ketika agen penyalurnya "nakal" dan mendapat majikan yang tidak sesuai dengan harapan.

Bertutur lugas, faktual, dan natural. Dengan gaya bahasa keseharian, alur ceritanya tervisualisasi di pelupuk mata. Ditambah kekuatan spiritual, narasi Sarmini memiliki spirit iman, kebajikan, dan menorehkan ibrah yang mendalam. Sungguh beruntung bisa mendapatkan rezeki membaca kisah ini. Semoga bisa diangkat ke layar lebar dan menjadi suluh kehidupan bagi banyak manusia.” (Sukeri Abdillah, da’i di dalam dan luar negeri)

“Membaca buku “Kata doa cinta” karya Sarmini, mengingatkanku saat sering wara-wiri ke Hong Kong sejak 2010 hingga 2015. Ternyata tak jauh berbeda, kalau urusan sukaduka TKI perihal majikan. Mulai dari yang cerewet, penuntut, pemarah hingga ingkar janji. Lepas dari itu, Sarmini sukses mengaduk-aduk rasa, haru biru pembaca dengan pilihan kosakata literasinya. Tak berpanjang kata, ini sebuah catatan perjalanan seorang pekerja migran kita di Negeri Beton yang inspiratif. Semoga akan berlahiran terus karyanya yang lain di masa mendatang, sebagai warisan untuk generasi penerus. Selamat dan berjuanglah senantiasa, wahai perempuan tangguh.” (Pipiet Senja, Penulis 204 buku, emaknya TKI pada suatu masa)


Mengambil momentum mengenang almarhum/ah orang penulis, buku ini secara khusus dipersembahkan bagi Emak, perempuan tangguh yang menjadi pejuang keluarga. Di dalamnya terdapat kisah-kisah tentang kehidupan sehari-hari yang penuh makna, seperti “Akhirnya Emak Bisa Pergi ke Tanah Suci” dan “Kopi Terakhir Buatan Emak”. Tidak lupa memoar bersama Bapak dalam tulisan “Ada Cinta dalam Sebungkus Besek Kenduri”.

Hingga pada akhirnya penulis pun bisa merasakan apa yang Emak rasakan selama hidupnya membesarkan kesembilan anaknya. Ketika penulis dan kakak adiknya melarang Emak merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga, tentunya hal yang sama dirasakan oleh buah hati penulis yang mau tidak mau harus melepas kepergiannya melintasi samudra menjadi buruh migran.

Pengalaman pertama penulis menjadi buruh migran terekam dalam sembilan tulisan. Betapa payahnya menjalani pelatihan di balai latihan kerja, magang sebelum berangkat ke negara tujuan, dan pengalaman yang tidak menyenangkan plus menguras kesabaran ketika agen penyalurnya “nakal” dan mendapat majikan yang tidak sesuai dengan harapan.

Namun, rasa senasib seperjuangan dengan sesama buruh migran di Hong Kong menciptakan ikatan persaudaraan yang erat dengan semangat untuk memberi manfaat kepada sesama. Melalui buku ini, penulis ingin menyampaikan betapa pentingnya menulis sebagai sarana informasi dan ekspresi diri, serta bagaimana tulisan sederhana pun bisa memiliki dampak yang bermanfaat bagi pembaca.

Baginya, menulis bukan hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga sebuah bentuk ekspresi diri yang mampu meresapi jiwa pembaca. Di dalam setiap kata yang ditulis, ia mencoba menyampaikan perasaan, pengalaman, dan pemikiran dengan tulus dan apa adanya. Ia percaya bahwa melalui tulisan, kita bisa menyentuh hati orang lain, memberikan inspirasi, dan bahkan mengubah pandangan hidup mereka.

Meskipun isi buku ini mungkin terkesan sederhana, penulis yakin bahwa setiap kata dan cerita memiliki kekuatan untuk memberikan makna dan pelajaran berharga bagi pembaca. Melalui buku ini, semoga pembaca dapat menemukan makna kehidupan sehari-hari yang menginspirasi, kisah perjuangan, dan juga refleksi atas pengalaman hidup yang berharga.

Buku ini juga menjadi wadah bagi penulis untuk mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sebagai seorang ibu, istri, dan pekerja migran di Hong Kong. Penulis berharap, melalui setiap halaman buku ini, pembaca bisa merasakan kehangatan, kebijaksanaan, dan kekuatan cinta yang selalu mengalir dalam setiap kata dan doa.

“Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah”, kalimat tersebut begitu lekat di hati, mendorong penulis untuk mengekspresikan diri melalui tulisan. Penulis percaya bahwa setiap kata yang dituliskan memiliki kekuatan untuk bertahan dalam aliran waktu dan membentuk jejak dalam sejarah.


Kata doa cinta : merangkai asa untuk orang tua, keluarga, dan sahabat seperjuangan

Copyright © CV Elfatih Media Insani, 2024

Penulis: Sarmini
ISBN: 978-623-8047-27-7
Penyunting: Kuspriyanto

Desain Isi & Penata Letak:
Tim Elfatih Media Insani

Desain Sampul:
Diolah oleh Tim Elfatih Media Insani

Penerbit:
CV Elfatih Media Insani (Anggota IKAPI)
Cetakan Pertama, Juni 2024
xviii, 192 hlm; 12.7 x 20 cm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *