Hati yang Tulus

Kata per kata yang saya susun menjadi untaian kalimat ini mengalir begitu saja. Bisa dari mana pun inspirasinya. Bahkan, melihat garnis di nasi kuning pun menggelitik daya imajinasi untuk mendeskripsikan dengan gaya bahasa khas Tulus. Kalaupun kemudian tulisan-tulisan ini terbaca amatiran, dimaklumi sebagai proses autodidak yang mengalir bersama pikiran dan perasaan yang mengembara.

Tentang passion menulis, saya menemukannya sejak SMP. Tulus ABG sudah suka menulis puisi dan sering terpampang di majalah dinding. Terus berlanjut di jenjang pendidikan berikutnya dengan sering membuat tulisan-tulisan ringan. Selanjutnya, hanya tersimpan dalam kertas atau buku tulis saja.

Kemudian, zaman berganti. Ketika media sosial digandrungi banyak orang, sejak 2009 mulailah tulisan-tulisan motivasi tersebut saya posting di berbagai media sosial.

Respons positif teman-teman di dunia maya membuat saya semakin sering menulis dengan konten yang beragam. Alhasil, dengan berjalannya waktu, tulisan-tulisan tersebut banyak disukai oleh para followers, sekalipun tetap saja ada yang membuat rekan-rekan baper.

Tulisan yang hampir setiap hari saya buat ini menjadi semakin banyak dan variatif. Menulis di blog pribadi pun saya gunakan sebagai katarsis. Situs www.tulussetiono.com menjadi wahana sederhana saya menulis. Tetapi, tetap berasa ada yang kurang. Maka, timbullah ide untuk dihimpun dan didokumentasikan dalam bentuk buku agar bisa lebih bernilai manfaat.

Sahabat keren, setelah buku “100% Tulus” terbit, menyusul buku kedua ini. Dari kutipan atau tulisan yang terkesan lompat sana lompat isi, saya kelompokkan ke dalam tujuh bab basic emotions. Walaupun tulisan atau kutipan saya bisa mengandung sejumlah emosi sekaligus, pengelompokan dilakukan berdasarkan emosi seketika yang terasa atau kata-kata kunci yang ada.

Faktanya, kutipan atau tulisan dalam buku ini adalah respons spontan saya terhadap kondisi keseharian. Menariknya, ada beberapa bab yang berisi banyak kutipan atau tulisan. Sementara ada bab yang hanya berisi sedikit kutipan atau tulisan. Banyak kutipan atau tulisan yang masuk ke dalam bab The Contempt dan The Disgust. Di sini terlihat jelas kondisi insecure banyak ditemukan dalam keseharian.
Sementara itu, bab The Happiness cenderung berisi sedikit kutipan atau tulisan. Wajar saja, jika sudah dalam kondisi bahagia, apa lagi yang perlu dimotivasi? Kecuali dalam rangka berbagi kebahagiaan kepada para pembaca.

Teriring rasa syukur kepada Allah Swt, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu saya, Karso Sugiyo dan Sulastri, telah menjadi malaikat saya di dunia. Terima kasih penuh cinta untuk belahan jiwa saya: Lisa, Ias, Isa, dan Iar.

Terima kasih dan salam hormat untuk direktur, para pimpinan, dan seluruh civitas hospitalia RSUD Banyumas atas ruang gerak yang luar biasa untuk kreativitas saya. Untuk pejuang pejuang mutu Komisi Akreditasi RS (KARS) atas inspirasi jiwa militannya. Salam hormat untuk klien-klien saya di klinik VCT Bunga Harapan RSUD Banyumas, klien-klien saya via ruang Koseling HIV Online, dan para followers @tulus_setiono yang 24 jam percaya saya sebagai tempat untuk curhat.

Kepada semua insipirator saya yang tidak bisa saya sebut satu per satu, mohon doa agar saya istikamah menjadi penulis.

Untuk saran dan masukan agar buku ketiga dan seterusnya lebih baik, silakan bersurat elektronik melalui alamat tulus_setiono@yahoo.co.id

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.
Salam,
Tulus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *