Dalam kumpulan puisi "Harmoni di Samudra Ilahi", penulis menggambarkan Masjid Terapung Samudra Ilahi sebagai titik fokus spiritualitas dan refleksi, tempat di mana roh dan jiwa bersatu dalam keharmonisan yang luar biasa.
Dalam 108 puisi yang ditampilkan, terlihat betapa penulis memiliki kepekaan terhadap kompleksitas emosi manusia. Ungkapan syukur, kehilangan, cinta, dan spiritualitas tercermin dengan begitu indah dalam setiap baitnya.
Judul-judul puisi yang menghiasi buku kumpulan puisi "Mengukir Waktu" ini seakan membuka gerbang menuju alam batin yang penuh warna dan nuansa.